Allah Ta’ala berfirman, “Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa musibah yang menimpa kalian
tidak lain adalah disebabkan karena dosa yang kalian dahulu perbuat. Dan Allah
memaafkan kesalahan-kesalahan kalian tersebut. Dia bukan hanya tidak menyiksa
kalian, namun Allah langsung memaafkan dosa yang kalian perbuat.” Karena memang
Allah akan menyiksa seorang hamba karena dosa yang ia perbuat.
Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman, “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya,
niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang
melata pun” (QS. Fathir: 45).
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah,
mereka mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).
Dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia
mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah
suatu musibah menimpa jasad seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan
menghapuskan dosa-dosanya” (HR. Ahmad 4: 98. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
berkata bahwa sanadnya shahih sesuai syarat Muslim).
Bisa jadi pula musibah itu datang
menghampiri kita karena dosa orang tua. Abul Bilad berkata pada ‘Ala’ bin Badr
mengenai ayat, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”, dan sejak kecil aku sudah
buta, bagaimana pendapatmu? ‘Ala’ berkata, “Itu boleh jadi karena sebab orang
tuamu”.
Seseorang bisa jadi mudah lupa
terhadap ayat Qur’an yang telah ia hafal karena sebab dosa yang ia perbuat. Adh
Dhohak berkata, “Kami tidaklah mengetahui seseorang yang menghafal Qur’an
kemudia ia lupa melaikan karena dosa”. Lantas Adh Dhohak membacakan surat
Asy Syura yang kita bahas saat ini.
Lalu ia berkata, “Musibah mana lagi
yang lebih besar dari melupakan Al Qur’an?”
Jadi boleh jadi bukan karena
kesibukan kita, jadi biang kesalahan hafalan Qur’an itu hilang. Boleh jadi
karena tidak menjaga pandangan, terus menerus dalam maksiat serta meremehkan
dosa, itulah sebab Allah memalingkan Al Qur’an dari kita.
Demikian faedah yang kami peroleh
dari tafsir Ibnu Katsir. Moga Allah melepaskan berbagai musibah yang menimpa
kita. Ayat ini adalah sebagai renungan bagi kita untuk selalu mengintrospeksi
diri sebelum menyalahkan orang lain ketika kita terzholimi. Boleh jadi
musibah itu datang karena dosa syirik, tidak ikhlas dalam amalan, amalan
bid’ah, dosa besar atau meremehkan maksiat yang kita perbuat hari demi hari.
Ya
Allah, ampunilah dosa dan terimalah taubat kami.
Semoga
hati, lisan dan badan ini bisa bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi: Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12: 280-283,
terbitan Muassasah Qurthubah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPostingan yang menarik.
BalasHapusMembuka mata bahwa cobaan yang saya terima, bisa jadi karena apa yang saya lakukan sebelumnya.
mohon ijin share di blog saya...
http://anantyaous.blogspot.com/
Terimakasih
terimakasih :) silahkan, semoga bermanfaat yaa.
BalasHapusuntuk bergabung menulis bersama WAY silahkan klik dan isi http://waymagz.blogspot.com/p/pendaftaran.html
women's magazine for your inspiration :)