Penulis : Iwan
Setywan
Harga : Rp 58
000,-
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan&Tahun
Terbit : Juni 2012
Tebal: 312
Halaman
Tahun 2012 ini, Iwan Setyawan (penulis novel “9 Summers 10 Autumns”)
kembali hadir dengan novel terbarunya “Ibuk”. Novel kedua dari Iwan Setyawan
ini, seperti melengkapi kisah novel “9 Summers 10 Autumns” yang telah terbit di
tahun 2011, karena merupakan sebuah karya yang kali ini menceritakan tentang
sosok sosok di balik kesuksesan dan pencapaian Iwan Setyawan.
Sebuah karya yang menakjubkan, sangat inspiratif dan sebuah apresiasi
bagi seluruh perempuan tangguh. “Ibuk” merupakan novel yang terinspirasi dari
kisah nyata pengalaman pribadi Iwan Setyawan dan keluarga, mengisahkan perjalanan
seorang ibu serta perjuangannya dalam
membesarkan lima anaknya dan juga mendampingi suami. Sebuah kisah yang
menggambarkan ketangguhan dan kesederhaan seorang perempuan untuk memberikan
yang terbaik bagi keluarga.
Dalam “Ibuk” digambarkan detail tentang betapa kekuatan,
kebersamaan dan kerjasama tiap anggota dalam sebuah keluarga di masa-masa sulit
akhirnya berbuah manis.
Diawali dengan kisah romantis perempuan bernama Ngatinah dengan
seorang pemuda Abdul Hasyim, yang
akhirnya berkeluarga dan bersama sama membesarkan anak-anak mereka. Dalam novel
ini diceritakan bagaimana sosok Ngatinah menjadi sosok ibu dengan lima
anak yang menginspirasi dan menjadi
kekuatan dalam keluarga. Karena dengan ketekunannya dan kesederhanaanya dalam
berpikir memberikan dampak pada anggota keluarga lainnya untuk tetap berusaha
(memberikan kekuatan kepada bapak Abdul Hasyim yang terus bekerja menghidupi
keluarga dan menginspirasi anak-anaknya untuk terus bersemangat belajar dan
berprestasi di sekolah). Hingga akhirnya
usahanya mampu membawa Bayek (salah satu anaknya, satu-satunya anak lelaki di
keluarga)menuju pada kesuksesan.
Sebuah karya yang ditulis dengan gaya penulisan yang sederhana,
sesederhana kehidupan Iwan Setyawan dan keluarga, tapi menjadi sungguh luar
biasa karena tidak hanya menyentuh hati (mengharukan) pembaca. Dengan kalimat
yang mudah dimengerti, hampir seluruh percakapan ataupun kutipan dalam “Ibuk”
mampu memberikan motivasi bagi pembacanya untuk menjadi hebat di tengah
himpitan kesulitan. Disetiap
permasalahan, kesulitan dan kesedihan, sosok “Ngatinah” dalam novel ini perempuan
yang begitu tegar, seperti ketika Ngatinah menjadi ibu yang diposisikan tidak
bisa membawa pulang rapor sang anak hanya karena tidak mampu membayar uang kalender, hingga
penggambaran perasaan duka Ngatinah ketika harus menjadi seorang perempuan yang
kehilangan pasangan hidupnya (suami). Dari
lembar ke lembar dalam novel ini, pembaca dapat mengetahui betapa ia (Ngatinah)
adalah sosok ibu yang tangguh yang percaya bahwa berusaha dengan niat baik dan
kejujuran adalah modal menuju pada kesuksesan.
Sekalipun “Ibuk” sebagian besar menceritakan tentang sosok ibu,
tapi tidak sedikitpun mengecilkan peran seorang Ayah dalam keluarga. Keduanya
diceritakan seimbang dan tidak berlebihan.
Novel ini, seperti mengingatkan pembaca pada sosok dan peran
seorang ibu. Mengingatkan kenangan-kenangan atau hal-hal menyangkut dengan ibu
yang mungkin mirip, sama atau bahkan berbeda jauh dengan apa yang ada dalam
“Ibuk”. Pembaca juga seperti diingatkan kembali untuk lebih menghargai ibu dan
keberadaan perempuan, karena sosok Ngatinah bukan saja sosok yang
memperjuangkan pendidikan anak-anaknya, tapi juga tampil sebagai sosok pembela
perempuan karena menginginkan pendidikan yang sama baiknya bagi
putrid-putrinya. Dan tentunya “Ibuk” memotivasi perempuan perempuan untuk melakukan
yang terbaik dan menjadi lebih baik setiap harinya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar