Lagi, dunia penerbangan di Indonesia berduka dengan jatuhnya
pesawat Sukhoi Superjet 100 pada tanggal 9 Mei 2012 lalu. Kita semua pasti
menyaksikan setiap detil pemberitaan tentang kecelakaan ini di sepanjang bulan
Mei dari evakuasi hingga proses identifikasi korban. Apapun penyebab kecelakaan
tersebut, kecelakaan pesawat selalu menimbulkan efek "nyeri"
tersendiri bagi kita mengingat kondisinya yang umumnya berakhir tragis. Yang
sering kita dengar di media umumnya kecelakaan pesawat di sebabkan oleh human error, kerusakan mesin dan yang paling sering adalah faktor kondisi alam dan
cuaca.
Yang akan kita bahas bukan
tentang kecelakaan pesawat melainkan tentang cuaca penerbangan yang seringkali
menjadi penyebab kecelakaan. Kondisi cuaca memang sering berubah tidak
terduga, sering pula keberangkatan pesawat tertundanya karena kondisi cuaca
yang buruk baik di tempat keberangkatan maupun di tempat tujuan pesawat
nantinya. Sebenarnya kondisi seperti apa yang menyebabkan pesawat harus delay,
kondisi apa yang tiba-tiba bisa terjadi di atas sana yang tidak bisa di hindari
oleh pilot, dan bagaimana efek-efek cuaca terhadap penerbangan....
Cuaca dalam dunia penerbangan tidak sama dengan cuaca dalam
kehidupan orang awam yang hanya seputar cerah, hujan atau berawan. Cuaca
penerbangan adalah kondisi-kondisi yang di laporkan untuk mengetahui keadaan di
alam agar bisa di putuskan pesawat layak terbang atau tidak. Sering mendengar
istilah turbulensi/turbulence yang biasanya menjadi penyebab no.1 terjadinya
kecelakaan. Turbulensi datangnya tidak terduga seperti halnya kilat, icing
ataupun updraft/downdraft yang menyebabkan cuaca pun jadi memburuk tiba-tiba, sehingga tidak bisa di hindari oleh pilot . Seperti hal nya nahkoda kapal yang
takut pada ombak badai maka pilot pun takut terhadap turbulensi. Nanti
turbulensi akan kita bahas setelah kita mengetahui tentang cuaca penerbangan.
Dalam cuaca penerbangan yang di laporkan meliputi : angin,
jarak pandang, jenis awan, tekanan udara dan suhu udara. Jauh lebih lengkap
bukan daripada cuaca versi masyarakat ataupun cuaca versi transportasi
darat/laut.
1. Angin
Kondisi angin perlu di laporkan untuk menentukan kemana arah
pesawat akan lepas landas dan mendarat, sedangkan apabila sedang di udara
kondisi angin di perlukan untuk mempertahankan kondisi di udara. Kondisi angin
bisa langsung di laporkan seketika apabila berubah demi keselamatan
penerbangan. Angin lah yang menentukan Kemana arah pesawat akan mendarat,
mengingat bentuk landasan di setiap bandara berbeda-beda. Ada yang memanjang
dari barat ke timur ataupun dari utara ke selatan. Apabila angin bertiup dari
barat dan landasan memanjang dari barat ke timur maka pesawat akan terbang dan
mendarat menuju ke barat, begitu pula jika landasan dari utara ke selatan,
intinya pesawat akan terbang dan mendarat menuju arah datangnya angin.
2. Jarak pandang.
Jarak pandang terdiri atas 2 jenis di dunia penerbangan,
yaitu vertikal dan horizontal. Dimana jarak pandang ini erat kaitannya dengan
landasan dan posisi mendarat.
Jarak pandang vertikal : jarak pandang ketika pesawat akan
mendarat terkait dengan posisi runway dan landasan yang tersisa agar tepat dan
nyaman.
Jarak pandang horisontal : jarak pandang terkait saat
pesawat sudah mendarat di permukaan.
Mengapa jarak pandang harus di laporkan, karena dalam hal
ini kondisi di sekitar pendaratan dapat di pengaruhi banyak hal, antara lain :
·
hujan deras, ini fakta karena
di manapun Anda berada hujan deras selalu mengganggu jarak pandang.
·
Udara kabur/ haze, ini di
sebabkan asap baik dari kendaraan, asap pabrik maupun asap dari kebakaran.
Dimana asap tersebut yang partikel nya besar akan mengganggu jarak pandang di
daratan sedangkan yang partikel kecil akan melayang ke atas dan mengganggu
jarak pandang di udara.
·
Halimun/mist, merupakan
partikel partikel air yang sangat kecil yang tidak dapat di lihat dengan mata
telanjang yang menyebabkan jarak pandang kurang dari 1 KM.
·
Kabut/fog, hampir seperti
Halimun, kabut juga berupa partikel air yang sangat kecil di udara, namun kabut
bisa di lihat dengan mata telanjang, juga menyebabkan jarak pandang kurang dari
1 KM
· Smog, adalah campuran
asap+kabut di udara yang pasti nya juga akan mengurangi jarak pandang.
·
Badai pasir, biasanya terjadi
di daerah Padang pasir Dimana pasir akan terangkat ke udara karena tiupan
angin, namun biasanya tingginya tidak lebih dari 20-30 m.
·
Badai debu, biasanya juga
terjadi di daerah Padang pasir Dimana debu-debu terangkat ke udara karena
tiupan angin dan mengganggu penerbangan karena tingginya bisa mencapai beberapa
KM.
Nah, sudah taukan betapa pentingnya pengaruh keadaan alam
dengan jarak pandang pilot. Namun anda tidak perlu kawatir, karena jarak
pandang tidak di lihat dengan cara manual kasat mata melainkan sekarang pada
pesawat yang tidak otomatis biasanya telah di lengkapi alat untuk informasi
jarak pandang (visibility) yang dinamakan RVR atau Runaway Visual Range, Dimana
alat tersebut berguna sebagai ILS atau Instrumen Landing System.
3. Jenis Awan
Awan seringkali terdengar menjadi penyebab terjadinya
turbulensi yang menjadi momok paling menakutkan bagi para pilot. Awan sendiri
di dunia penerbangannya han berdasarkan ketinggiannya di klasifikasi kan
menjadi 3 jenis yaitu awan dasar, awan tengah dan atas. Apa sih sebenarnya awan
itu ? Awan adalah kumpulan dari titik air yang mengkristal di udara yang
terjadi akibat terjadi kondensasi uap air yang ada di udara.
Awan tinggi (6000-12000m)
a. Cirrus (Ci).
Awan ini berdiri sendiri, yang halus dan berstruktur
berserat, berbentuk sepertu bulu burung. Sering tersusun seperti stripel (pita)
yang melengkung di langit, sehingga seolah-olah nampaknya bertemu (convergen)
pada satu atau dua titik pada horizon dan sering terdapat kristal es, tidak
dapat menimbulkan hujan. Awan cirrus memiliki sifat: letaknya tinggi, terdiri
dari kristal-kristal es yang tipis (karena sangat tinggi) dan tidak menimbulkan
hujan.
Pengertian tipis yang dimaksud adaalah mengenai ketebalan
dan kepadatan lapisan. Keadaan awan cirrus tidak tebal dan tidak padat,
akibatnya tidak menimbulkan hujan. Awan Cirrus bersifat seperti bulu ayam (bulu
burung). Hal itu terjadi sebab berlangsungnya pembentukan kristal-kristal es
jika dilihat dari jauh tampak seperti garis. Garis yang berserat ini disebut “fall stripe”. Awan
cirrus ini berukuran kecil-kecil dan mengelompok kadang-kadang dapat menutupi
seluruh langit. Maka dari itu langit biru nampak pucat seperti tertutup kelabu.
b. Cirro-Stratus (Ci-St).
Bentuknya seperti kelabu putih
yang halus dan rata menutup seluruh langit, maka nampak pucat. Atau terlihat
seperti anyaman yang bentuknya tidak teratur. Hal itu sering menimbulkan
terjadinya Hallo (lingkaran yang bulat = kalangan, Jw) yang terdapat pada
matahari atau bulan, biasanya terjadi pada musim kering.
c. Cirro-Cumulus (Ci-Cu). Awan ini terputus-putus dan penuh
dengan kristal-kristal es sehingga seperti segerombolan domba. Seringkali awan
ini dapat menimbulkan bayangan, bahkan sampai tidak menimbulkan sama sekali.
Letaknya antara awan Cirrus dan Alto Stratus.
Awan tengah/sedang (3000-6000m)
a. Alto-Cumulus (Ac-Cu).
Awan ini kecil-kecil banyak,
biasanya berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih sampai pucat dan
ada bagian yang kelabu. (Mengapa?) Awan ini bergerombolan dan sering berdekatan
sehingga nampaknya bergandengan satu sama lain hdan bergumpal-gumpal tebal.
b. Alto-Stratus (A-St).
Awan ini bersifat luas dan merupakan
“Sluier” yang
tebal. Warnanya kelabu, sehingga pada matahari odan bulan akan tampak terang,
dan terlihat berlapis-lapis tebal.
Awan rendah (kurang dari 3000m)
a. Strato-Cumulus (St-Cu).
Awan ini rendah dan berdiri
sendiri-sendiri. Bentuknya seperti bola-bola (gelombang-gelombang) yang sering
menutupi seluruh langit, sehingga tampaknya seperti gelombang di lautan. Awan
ini tebal, luas, dan bergumpal-gumpal.
b. Strartus (St).
Awan ini rendah dan sangat luas. Tingginya
di bawah 1000 m. Lapisannya melebar seperti kabut tetapi tidak sampai menyentuh
permukaan bumi. Antara kabut dan awan stratus ini secara prinsipil tidak
berbeda, karena sifatnya yang merata, rendah, dan berlapis.
c. Nimbo-Stratus (Ni-St).
Nimbo artinya hujan (bahasa
Yunani), jadi merupakan awan hujan dan merupakan awan yang tebal. Bentuknya
tidak menentu, pinggirnya compang-camping tidak karauan. Di Indonesia awan ini
hanya menimbulkan gerimis saja. Awan ini berwarna putih dan sifatnya luas.
Awan akibat suhu udara naik (500-1500m), awan inilah yang
biasanya di takuti oleh para pilot, datangnya kadang tidak terduga dan
mengakibatkan kecelakaan udara
a. Cumulus (Cu).
Awan cumulus ialah awan yang terbentuk
karena udara naik dengan syarat udara tadi cukup banyak mengandung uap air dan
hingga melampaui titik kondensasi. Awan ini dengan ciri umum bergumpal-gumpal
(bundar-bundar) dasarnya horizontal. Bentuk awan cumulus bergumpal-gumpal dan
dasarnya rata. Bentuk awan ini antara lain:
b. Cumulus-Nimbus (Cu-Nb).
Biasa juga di sebut awan
vertikal, Awan ini dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur, bisa
menyebabkan terjadinya turbulensi dan badai. Awan ini bervolume besar,
bentuknya rendah dengan puncak yang tinggi sebagai menara atau gunung, dan
puncaknya melebar, sehingga merupakan awan yang tebal. Biasanya di atas awan
Cumulus Nimbus terdapat awan Cirro-Stratus. Kelompok awan Culumus Nimbus
bergumpal-gumpal luas dan sebagian telah menjadi hujan.
Pembagian awan yang ada sekarang ini merupakan hasil Kongres
Internasional tentang awan yang diadakan di Munchen (tahun 1802) dan di Uppsala
(swedia) tahun 1894. Bahkan dibuat atlas yang disebut “Denuages”, atlas Internasional pada tahun 1896.
Di dalamnya digambarkan bentuk, warna, dan lain-lain tentang awan yang sampai
sekarang masih dipakai dan merupakan “album”
4. Tekanan
Tekanan sangat penting dalam unsur cuaca, Dimana kondisinya
berbanding terbalik dengan suhu udara, bila suhu tinggi tekanan rendah begitu
pula sebaliknya. Dalam dunia penerbangan di kenal alat bernama Altimeter yaitu
sebuah barometer anneroid untuk mengukur ketinggian permukaan. Kesalahan
pembacaan Altimeter menyebabkan kesalahan penafsiran ketinggian pesawat dan
kesalahan tsb menyebabkan kesalahan pula pada pengukuran tekanan di permukaan
laut (Mean sea level pressure) yang akhirnya berdampak pada kesalahan perkiraan
pendaratan.
5. Suhu
- apabila
suhu lebih tinggi: mengakibatkan pemuaian udara yang lebih, hal ini dapat
mengakibatkan terbentuknya fatamorgana yang dapat mempengaruhi estimasi pilot
mengenai jarak pandang yang sebenarnya. Suhu yang tinggi dapat juga memacu
meningkatkan daya angkat yang harus dihasilkan pesawat yang nantinya akan mempengaruhi
terhadap penggunaan bahan bakar. Dapat dibayangkan apabila udara di sekeliling
pesawat yang merupakan media terbangnya pesawat menjadi renggang, yang dapat
mengurangi daya angkat pesawat
- apabila
suhu lebih rendah: dengan suhu yang lebih rendah, udara di sekeliling akan
lebih rapat dari pada ketika panas, hal ini menyebabkan pesawat memiliki daya
angkat yang lebih pada saat lepas landas, maupun terbang di udara, yang
tentunya akan dapat mengurangi daya angkat yang harus dihasilkan pesawat sehingga
dapat mengurangi penggunaan bahan bakar.
Kelima faktor
cuaca di atas lah yang nantinya akan kita pelajari efeknya terhadap kecelakaan,
berikut ulasannya :
cuaca memang tidak bisa di tebak, meskipun dunia penerbangan
kini memiliki banyak alat canggih dan banyak tips dari orang berpengalaman,
tentu saja kecelakaan masih bisa terjadi karena perubahan cuaca yang
tiba-tiba...dari perubahan cuaca yang tiba-tiba itu antara lain :
1. Kilat : sambaran kilat tentu saja akan merusak sistem
navigasi pesawat, cahayanya pun bisa mengganggu penglihatan pilot. Namun faktor
ini jarang menjadi penyebab kecelakaan. Meskipun kilat terjadi tiba-tiba namun
umumnya di iringi dengan hujan deras. Jadi bila hujan deras terjadi otomatis
pesawat akan delay dan kilat ini bisa di hindari. Kilat ini juga termasuk salah
satu penyebab terjadinya turbulensi.
2. Icing : yaitu ketika uap air membeku di bawah titik beku,
sehingga terbentuk es pada badan pesawat. Terjadinya icing ini tidak
menimbulkan efek spontan, namun pembekuan di badan pesawat ini bila di biarkan
akan merusak mesin, menambah beban pesawat, mengganggu arus udara dan
pengurangan daya kerja pesawat. Umumnya terjadi di penerbangan wilayah-wilayah
bersuhu rendah.
3. Updraft/ downdraft pada awan Cb : ini adalah kondisi ketika
terjadi pergerakan vertikal dari massa udara, Dimana pesawat terjebak di dalam
awan Cb. Besar kecilnya pergerakan massa udara ini nantinya akan menyebabkan
terjadinya turbulensi secara tiba-tiba.
4. Turbulensi : inilah bahasan yang sangat kita tunggu.
turbulensi adalah pergerakan udara yang tiba-tiba dan tidak dapat terlihat
secara kasat mata.dapat terjadi kapan saja dan Dimana saja bahkan pada udara
cerah tanpa awan sekalipun. Penyebab turbulensi selain karena kilat atau awan
Cb juga bisa karena pegunungan atau permukaan yang di lewati pesawat.
Turbulensi juga di sebut-sebut sebagai dugaan penyebab jatuhnya pesawat sukhoi
superjet 100 pada join flight 9 Mei lalu.
Istilah Clear Air Turbulence sangatlah popular di dunia
penerbangan karena banyak sekali kasus-kasus penyebab inflight-injuries (terluka dalam penerbangan) terjadi
disebabkan CAT (Clear Air Turbulence). Clear Air Turbulence memiliki beberapa
sifat seperti berikut : tidak bisa dilihat dan diperkirakan sebelumnya sehingga
tidak ada alat di cockpit yang bisa memberi warning atau peringatan, seringkali
tidak terlalu terasa “goyangannya” di cockpit tapi sangat terasa dibagian
Aft section (belakang) dari kabin, bisa terjadi meskipun tidak ada awan satupun
di langit alias clear sky, system radar di pesawat tidak bisa mendetect adanya
CAT, clear air turbulence seringkali terjadi di ketinggian di mana pesawat
sedang terbang cruising (menjelajah) dan tiba-tiba pesawat memasuki daerah
turbulence tersebut.
turbulence adalah penyebab nomer satu terjadinya
inflight-injuries, banyak sekali laporan tentang cederanya penumpang dan awak
pesawat yang dikarenakan oleh turbulence. Serious injuries seringkali terjadi
ketika pesawat sedang terbang cruise dan penumpang serta awak pesawat
berjalan-jalan di kabin lalu secara tiba-tiba pesawat memasuki area Clear Air
Turbulence dengan tanpa disangka sebelumnya. Untuk menghindari
Inflight-injuries kepada penumpang dan awak pesawat termasuk pilotnya
diharuskan untuk selalu memakai seat belt ketika duduk, meskipun seatbelt sign
(lampu tanda kenakan sabuk pengaman) tidak menyala pada saat itu.
(hendriady-Ade; www.mimpiairlines.com)
Suatu kecelakaan memang mutlak takdir dari Allah, bagaimana
pun kita mencegah memang takdir tidak bisa di cegah. Namun tidak ada salahnya
kita masyarakat awan sebagai penikmat berita dan pengguna pesawat tahu sedikit
tentang cuaca penerbangan. Sehingga bisa berargumen bijak ketika terjadi
sesuatu yang tidak kita inginkan. Karena itulah jangan lupa berdoa dan
bersihkan diri ketika hendak bepergian, termasuk
meminta doa dari orang-orang. Kita tidak tau kapan ajal akan menjemput, tapi
kita sebagai manusia yang berilmu hendaklah menghindari hal-hal yang tidak di
inginkan. Patuhilah rambu-rambu keselamatan penerbangan terutama tentang
perintah mematikan HP dalam pesawat, minimalkan berjalan-jalan di lorong
pesawat dan pasrahkan perjalanan anda pada Allah SWT. Semoga artikel ini
bermanfaat...
Sumber terkait :
- www.e-dukasi.net /index
- www.ilmuterbang.com/artikel
- belajar.kemendiknas.go.id/index3
- www.kompasiana.com/2010
- ukhuwahalfatahrescue.blogspot.com
- geoenviron.blogspot.com
- Afghanaus.com/jenis-jenis-awan
- www.mimpiairlines.com
- id.wikipedia.org/wiki/awan
Dan berbagai sumber lainnya.
penulis : ruli retno laksono | @ruliruby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar